Sabtu, 23 Desember 2017

Guruku Berbulu dan Berekor, ---Sekarang Bagian Dua! :)

Apa arti kehadiran binatang di dunia ini bagi kalian?
Apakah mereka adalah makhluk yang "sekedar ada" demi seimbangnya kehidupan di bumi?
Apakah mereka hanya untuk dikembangbiakkan agar kita sebagai manusia bisa memanfaatkan tubuh dan tenaganya?
Atau, mereka adalah makhluk yang sangat kalian nantikan saat pulang ke rumah setelah mengalami hari yang panjang?

Untukku, ---aku selalu yakin bahwa kehadiran binatang di dunia ini lebih dari sekedar yang aku tulis di atas. Ya, mereka bisa menjadi teman, bisa menjadi penghibur dan sebagainya, ---tapi lebih dari itu mereka juga bisa menjadi panutan alias guru!
Tumbuh dengan dikelilingi berbagai jenis pets, dari mulai tikus, burung sampai anjing membuatku sering menghabiskan waktu bersama mereka. Semakin dewasa, aku menjadi semakin sadar bahwa aku belajar banyak dari mereka. Misalnya saja dari Veggie, anjing Golden Retriever yang sangat full of life di hidupnya yang terbilang pendek. Aku dan Veggie memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memiliki kondisi medis seumur hidup yang belum ada obatnya. Rather than mengeluh dan nggak melakukan apa-apa, Veggie menjalani hidupnya dengan suka-cita. Ia memang nggak bisa bicara dengan bahasa yang sama dengan kita, tapi dari tingkah lakunya aku bisa lihat how grateful she was! Aku, yang mengidap severe scoliosis sehingga gerakanku terbatas, selalu tersenyum lebar saat melihat Veggie berlari. Ia terlihat begitu bebas dan live her life like she's really mean it! Nggak peduli setelah itu ia akan kejang-kejang karena kelelahan, ia akan selalu bangkit dan kembali berlari karena itu membuatnya bahagia!

In honor of her spirit, di tahun 2012 lalu aku membuat novel dengan judul "Guruku Berbulu dan Berekor" yang menceritakan pengalamanku bersama Veggie. Tapi aku nggak sendirian, aku juga mengajak orang-orang yang mempunyai pengalaman yang sama denganku. Luar biasa, waktu itu aku menerima banyak sekali cerita. Sampai-sampai aku kebingungan untuk memasukkan yang mana saja ke dalam novel karena hampir semuanya inspiring dan memberikan pelajaran berharga.


Dan di akhir tahun 2017 ini, lima tahun kemudian, aku kembali menerbitkan "Guruku Berbulu dan Berekor", ---bagian dua!
Konsepnya masih tetap sama, dan goalsnya juga masih sama, yaitu: ingin membagikan cerita-cerita inspiring yang menghangatkan hati tentang binatang pada para pembaca, ---bahkan bagi mereka yang bukan animal lovers! Karena bagiku cinta dan belajar itu universal, kita nggak perlu "menyukai" binatang, tapi bukan berarti kita nggak bisa belajar sesuatu dari mereka, kan? Dan siapa tahu saja setelah membaca cerita-cerita di "Guruku Berbulu dan Berekor" akan mengubah pikiran, dari nggak peduli menjadi peduli. Who knows! ;)



Di bagian kedua ini banyak sekali cerita menarik yang membuatku terkagum-kagum. Misalnya saja tentang persahabatan Lovely, seekor kucing jantan dengan seorang ibu yang tadinya nggak menyukai hewan. Dari yang awalnya hanya iseng memberi makan, sampai akhirnya Lovely mengubah hidup ibu itu. Bagaimana ia mengubahnya? Aku nggak mau spoiler ya, yang pasti sangat menyentuh hati meski kisahnya sederhana. Bisa dibilang ini salah satu cerita favoritku di "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian kedua" ini.
Tapi bukan berarti yang lain menjadi kurang menarik. Setiap cerita mempunyai kelebihan masing-masing. Malah dibandingkan bagian yang pertama, binatang di bagian kedua ini lebih beragam, lho. Dari mulai sugar glider, ikan Cupang sampai kambing! Dan di akhir novel aku juga memasukkan cerita Eris, anjing Golden Retriever yang menyelamatkan nyawaku, ---literally! Bagaimana ceritanya? Kalian baca saja di novelnya, ya, hihihi ;)

Dan sama seperti yang bagian pertama, hasil penjualan dari novel ini juga akan didonasikan ke penampungan-penampungan hewan. Jadi tujuan dari pembuatan novel ini memang bukan untuk komersil, tapi aku hanya ingin berbagi cerita-cerita luar biasa dari orang-orang yang memiliki pengalaman bersama pets, ---dan tentang royaltinya anggap saja ini adalah bentuk "balas budi" dari kami, manusia yang telah belajar banyak dari para binatang.
Ini memang sederhana, dan mungkin yang aku (dan teman-teman yang telah menyumbang cerita) beri juga nggak banyak. Tapi aku hanya ingin melakukan sesuatu untuk mereka dengan hal yang aku bisa: menulis. 

Jika teman-teman ingin membaca novel "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua" ini sekaligus berdonasi, kalian bisa memesannya di:
Whatsapp: 083836813558
atau E-mail: namaku_indikecil@yahoo.com
Harganya Rp. 50.000 ditambah dengan ongkos kirim, dan yea, the money goes to charity. Aku akan selalu update di sini kemana saja donasinya disalurkan :)

cheers,

Indi

___________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Sabtu, 09 Desember 2017

Menang Tantangan Bulan Scoliosis Awareness? Terus untuk Apa? :O

Halo, apa kabar teman-teman? Aku sudah kembali, nih. Eh, lebih tepatnya blogku yang sudah kembali, ---akunya sih nggak ke mana-mana, hihihi. Nggak nyangka ternyata saat sedang masa perbaikan, blogku yang seadanya ini banyak juga yang mencari :D Terima kasih ya sudah menyempatkan mampir ke sini. Aku tadinya nggak mau lama-lama vakum, tapi rupanya banyak juga yang harus dibenahi. Nah, untuk post perdanaku setelah 3 bulan, aku bakal share yang ringan-ringan dulu saja, deh. Kebetulan di saat aku vakum itu bertepatan dengan bulan scoliosis awareness di US, jadi aku akan bercerita tentang pengalaman mengikuti lomba dalam rangka memperingati hari tersebut :)

Eh, ngomong-ngomong masih pada ingat nggak sih tentang scoliosis? Kalau lupa aku ingatkan lagi secara singkat ya. Scoliosis itu adalah kondisi pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang. Aku sendiri adalah salah satu pengidapnya, terdeteksi pada usia 13 tahun dan masih tetap terapi sampai sekarang. Karena scoliosis itu bukan penyakit (ingat ya, istilahnya "kondisi"), jadi tentu saja nggak ada obatnya. Tapi bisa dikoreksi alias bisa dilakukan beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi kelengkungan tulang belakang pengidapnya. Misalnya saja dengan cara fisioterapi, bracing (peyangga) atau operasi. Meski pengidapnya banyak, tapi kesadaran orang tentang kondisi ini masih cenderung minim. Itulah kenapa dibuat yang namanya bulan scoliosis awareness. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian dan mengedukasi masyarakat tentang scoliosis. Cara memperingatinya macam-macam. Ada yang memberikan penyuluhan, screening scoliosis gratis, atau malah membuat "tantangan" seperti yang dilakukan oleh "National Scoliosis Center".

Mungkin banyak diantara kalian yang belum tahu apa itu "National Scoliosis Center" karena lokasinya berada di Amerika sana. Aku juga baru tahu, kok, dan itu pun tanpa sengaja, hihihi. Jadi NSC ini adalah pusat terpadu yang berfokus pada pada perawatan dan terapi non bedah untuk pengidap scoliosis dan pengidap kondisi (kelainan) tulang belakang lainnya. Kebetulan aku memfollow akun "Scoliosis Children's Foundation" dan dari sanalah aku mendapat informasi tentang challenge yang mereka adakan. Setelah membaca aturan tantangannya, aku langsung tertarik untuk ikut! Aku suka dengan tujuan mereka yang sederhana tapi efektif. Aku tinggal berfoto dengan outfit berwarna hijau dengan caption yang menarik. Kenapa warna hijau? Karena hijau (biasanya pita hijau) adalah simbol dari scoliosis, sebagai lambang dari kepedulian dan dukungan. Dengan kita memakai warna hijau di bulan Juni, otomatis kita diingatkan bahwa scoliosis itu memang ada. Dan karena kita menguploadnya di instagram, semakin banyak pula yang melihat dan secara nggak langsung kita ikut mengedukasi netizen melalui caption yang ditulis. 

Seperti biasa, aku sih nggak terlalu berharap untuk menang. Yang terpenting do my best. Dan aku juga mengajak followers ku untuk ikutan. Surprisingly, ternyata lumayan banyak juga yang tertarik. Dan aku terharu karena beberapa dari mereka bahkan bukan scolioser. Mereka melakukannya karena solidaritas dan rasa peduli! Aww... :') Waktu tahu kalau pesertanya banyak (dan worldwide pula!) aku merasa senang alih-alih merasa tersaingi. Karena dengan semakin banyak yang ikut artinya akan semakin cepat pula tercapainya tujuan dari challenge ini. Salut dengan para peserta yang kreatif. Bahkan ada juga lho yang mengajak teman satu gang nya untuk berfoto bersama dengan baju hijau. Aku jadi merasa kurang kreatif karena hanya berfoto selfie di depan cermin di sela-sela waktu bekerja. Itu pun pakai handphone milik temanku, alias dapat pinjam, hehehe. Ups :p


Kira-kira satu minggu kemudian aku mendapatkan pesan dari ID yang nggak kukenal, ---yang secara otomatis masuk ke dalam kotak spam. Meski aku memprioritaskan untuk membuka pesan dari orang-orang yang "dikenal", tapi aku tetap membuka kotak spam meskipun agak terlambat. Rupanya pesan itu datang dari "National Scoliosis Center". Aku langsung dag-dig-dug nggak jelas, soalnya kalau sampai menang rasanya kok too good to be true, hehehe. Begitu pesannya terbuka aku membacanya berkali-kali dulu sebelum mengklik tombol "accept". Nggak yakin! Tapi setelah dibaca 10 kali pun pesannya nggak berubah! Aku menjadi salah satu pemenang dari Scoliosis Awareness Challenge!:D Dan yang lebih surprisenya lagi aku ternyata menjadi pemenang utama. Iya, pemenang utama karena postku dianggap paling engaging alias paling banyak mendapat respon! Waaaa... Aku sampai captured ucapan selamatnya dan langsung kutunjukan pada temanku, lol. 


Satu bulan berlalu, aku akhirnya menerima sebuah paket yang dikirim dari California, Amerika. Wah, jauh sekali ya :D Yup, hadiahku akhirnya datang! Isinya bikin aku happy plus terharu. Ada sebuah novel berjudul "Braced" yang ditandatangani langsung oleh Alyson Gerber, penulisnya dan juga sebuah postcard! "Braced" ini menceritakan tentang seorang remaja bermana Rachel Brooks yang sedang semangat-semangatnya bergabung dengan tim sepak bola di sekolah. Namun semangatnya itu terpaksa harus ditahan karena ia didiagnosis mengidap scoliosis yang mengharuskannya memakai brace (penyangga tulang belakang) selama 23 jam per hari. ---Sounds familiar? Iya, memang mirip sekali dengan kisahku yang dibukukan dengan judul "Waktu Aku sama Mika" dan difilimkan dengan judul "Mika". Tapi apa yang dialami Rachel dan aku memang bukan sesuatu yang "jarang", kok. Meski nggak semuanya mengalami tantangan yang sama, menurut penelitian 3 dari 100 perempuan diperkirakan memiliki scoliosis, lho. Termasuk sang penulis novel sendiri! :) 


Membaca kisah Rachel rasanya sangat relatable. Bahkan ada beberapa bagian dari karakter Rachel yang aku yakin akan membuat non-scolioser pun berceletuk "Oh, I feel you" ketika membacanya. Because teenagers always be teenagers, ---bagaimana pun bentuk tulang belakangnya. Buatku novel "Braced" ini salah satu bukti kalau untuk meningkatkan awareness soal scoliosis nggak perlu ribet dan nggak perlu menyeramkan. Buat "kampanye" sesederhana mungkin, tapi tepat sasaran. Dan itu juga bisa dilakukan oleh siapa saja selama mempunyai rasa peduli. Punya kemampuan menulis? Buatlah tulisan tentang scoliosis, misalnya dalam bentuk blog post, cerpen atau bahkan lirik lagu. Punya usaha sablon? Kenapa nggak bikin kaus dengan desain yang menarik dan membuat orang ingin tahu lebih banyak tentang scoliosis. Daaaaan masih banyak lagi contoh lainnya. Bahkan as simple as memposting foto di Instagram pun bisa menjadi salah satu bentuk kampanye, lho.

Jadi maukah teman-teman melangkah denganku untuk meningkatkan scoliosis awareness? Every step counts! :)

xx,

Indi


_______________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com