Sabtu, 31 Oktober 2015

"Guruku Berbulu dan Berekor" goes to Pamulang Pet Festival! :)


Hai bloggies! Tulisanku kali ini akan singkat saja. Beberapa waktu lalu aku dihubungi oleh admin dari grup Animals Lovers yang memberi kabar bahwa akan diadakah sebuah event yang bernama "Pamulang Pet Festival". Mereka memintaku untuk mengisi talk show edukatif mengenai hewan, khususnya anjing dan menitipkan novel "Guruku Berbulu dan Berekor" untuk dijual di sana. Too bad karena jarak yang jauh dan adanya keperluan di Bandung, aku batal menjadi speaker dan hanya menitipkan novel saja. Sedikit mengenai event ini, Pamulang Pet Festival adalah sebuah acara outdoor yang menyenangkan dan juga bernilai edukatif. Di sana pengunjung bisa bermain, berbelanja serta belajar tentang alam dan hewan peliharaan. Sangat cocok untuk mengajak seluruh keluarga, termasuk hewan peliharaan! :)

Aku mau mengajak teman-teman semua untuk menghadiri Pamulang Pet Festival yang diadakan pada tanggal 31 Oktober sampai 1 November 2015 di Pacuan Kuda, Jl. Pajajaran Tangerang-Banten. Jangan lupa kunjungi booth Animals Lovers untuk mendapatkan novel "Guruku Berbulu dan Berekor" yang berisi kisah-kisah nyata menginspirasi tentang manusia dan hewan peliharaannya. Royalti dari penjualan novel ini digunakan untuk membantu hewan-hewan terlantar, lho. Harga tiket masuk Rp. 20.000, sedangkan biaya pendaftaran untuk kontes anjing RP. 100.000. Itu berlaku untuk satu hari kunjungan, jadi artinya kalian bisa bersenang-senang sepuasnya :D

Jangan sampai ketinggalan, ya. Yuk manfaatkan kegiatan menyenangkan ini sambil berdonasi. Tapi jika teman-teman nggak bisa hadir dan tetap ingin memiliki novel "Guruku Berbulu dan Berekor", jangan khawatir, kalian bisa mendapatkannya di www.homerianshop.com :)

cheers!

Indi

____________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Jumat, 23 Oktober 2015

Cerita dari Premiere Film Goosebumps, Review dan Halloween Costumes! :)

Boo! Yay, Halloween hampir tiba! :D
Kalau teman-teman sering membaca blog ini pasti tahu betapa terobsesinya aku dengan Halloween. Well, untuk yang baru tahu dan malas untuk membuka tulisan-tulisan yang lalu, aku ceritaan lagi deh sedikit, hihihi. Halloween ala aku adalah waktu istimewa yang nggak ada hubungannya dengan tradisi asalnya di Irlandia. Bagiku (dan Ray, dan orang-orang di rumah), Halloween adalah saat untuk bersenang-senang, bermain kostum, menonton film seram, menghias rumah dan tentu saja banyak permen! :D Jadi meskipun “Halloween party” bertebaran di mana-mana, belum tentu konsepnya akan cocok denganku. Bahkan beberapa waktu lalu, ketika masih bekerja di preschool yang berbasis kurikulum British aku nggak cocok dengan Halloween di sana karena berkiblat ke Irlandia. Sementara yang lain memakai kostum seram, aku malah ngotot ingin pakai outfit colorful, hahaha. Tapi sisi baiknya aku jadi ada alasan untuk punya dua buah kostum sekaligus :p Dan tahun ini rasa excited ku ternyata jadi berkali-kali lipat! Karena selain kostum baru, stok film Halloween juga bertambah. It’s Goosebumps the movie! :D

Kalau soal fakta yang ini mungkin hanya sedikit yang tahu (keluarga, Ray dan teman-teman dekat), aku adalah penggemar Goosebumps! Dan bukan hanya penggemar biasa, aku adalah die hard fans alias penggemar super berat, hihihi :D Kalau anak-anak seusiaku dulu hanya membaca buku-bukunya, nah aku sekalian buka lapak, ---alias menyewakan buku-bukunya karena koleksiku lengkap (plus bonus-bonusnya). Lalu beberapa tahun kemudian, tingkat jatuh cintaku pada Goosebumps semakin bertambah karena ada serialnya diputar di TV. Setiap pulang sekolah pasti deh aku duduk manis (eh, asem ding, belum mandi sore, hiiiii) lalu menatap layar Trans TV. Too bad, serialnya nggak diputar sampai habis dan aku pun harus beralih ke internet lalu mulai berlangganan TV kabel. Meski sampai pindah 3 kali, ---dan channelnya pun berganti-ganti, tapi hampir seluruh episode Goosebumps sudah aku tonton. Sebagai bonus, aku malah sudah menonton semua episode The Haunting Hour, serial “versi remaja” ala Goosebumps yang juga ditulis oleh R. L Stine.  Mungkin dibandingkan R. L Stine sendiri aku malah lebih hapal dengan cerita-ceritanya, hahaha.

Aku masih punya bonus stiker glow in the dark dan pembatas bukunya, lho :)

Waktu rumor Goosebumps akan dijadikan film layar lebar beredar aku langsung jingkrak-jingkrak nggak karuan. Gimana nggak, bukunya sudah terbit 21 tahun lalu dan aku yakin banyak penggemar di seluruh dunia yang berharap buku dan serial keren ini dijadikan film. Hampir setiap online aku cek diskusinya di IMDB (situs ini semacam ‘kitab’ ku kalau kata Ray, lol), dan begitu trailernya keluar aku sampai nonton berulang-ulang dan selalu terpekik excited bahkan di kali keseratus aku menontonnya. Satu hari sebelum filmnya diputar jantungku sepertinya hampir meledak karena over excited. Semalaman aku nggak bisa tidur karena nggak sabar ingin cepat-cepat menyaksikan monster-monster seram yang setia menakutiku semasa kecil, hihihi. Untuk meredakan ‘ketegangan’ yang cukup untuk mengganggu seisi rumah, aku menyiapkan outfit untuk dipakai di pemutaran film. Aku ingin apa yang dipakai nanti Halloween-ish, tapi tetap pantas untuk dipakai ke bioskop :D

Tengah malam aku membuka lemari baju dan menemukan sebuah dress orange yang mengingatkanku dengan pumpkin, ---dan juga cerita Goosebumps yang berjudul “Attack of the Jack O’-Lanterns”. Si Pumpkinhead ini menyeramkan, apalagi visualisasinya di serial The Haunting Hour. Tapi tentu di Halloween ala aku semuanya harus tetap colorful dan cheerful, jadi aku padukan dressnya dengan sneakers Converses warna hijau, ---yang mengingatkanku dengan style anak-anak tahun 90’an (Goosebumps rules! Lol). Aku juga mengganti casing handphone dengan model kamera agar mirip dengan tokoh di “Say Cheese and Die”, lengkap dengan gantungan cacingnya untuk memberikan sedikit sentuhan dari “Go Eat Worms”. Kuku-kukuku juga nggak mau ketinggalan “berkostum”, aku mengecatnya dengan warna hijau-ungu sesuai dengan cover buku Goosebumps yang iconic, hihihi (aku dapat ide ini dari blogger lain, btw). Karena rencananya aku akan nonton bersama Ray, jadi aku minta ia untuk berdandan seperti R. L Stine. Awalnya sih ia bilang nggak punya kemeja warna hitam, tapi akhirnya Ray punya jalan keluarnya ;) Mungkin teman-teman bingung, untuk apa aku dan Ray berdandan ala Goosebumps sementara orang yang melihat mungkin nggak akan ngeh dengan detail yang kami pakai. Well, kami lakukan ini untuk diri sendiri kok. Aku merasa happy karena we put effort for our costumes, kami membuat Halloween kami sendiri, iya, kan? ;)

Ray sebagai R. L Stine dan aku sebagai Pumpkin Head.

Go Eat Worms VS Say Cheese and Die. Dua-duanya seri favoritku :)

Purple and green, 2 warna iconic Goosebumps! :)

Beruntungnya aku (--dan Ray) karena bisa menonton Goosebumps di tanggal 14 Oktober 2015 sementara pemutaran serentaknya di seluruh dunia baru 2 hari kemudian. Di perjalanan sengaja aku merekam ke-excited-an kami untuk vlog di YouTube, siapa tahu nanti bisa ditonton sama anakku kelak. Hahaha, just kidding, ditonton sama sepupu-sepupu kecilku maksudnya, karena mereka suka sekali menonton video-video kakaknya ini :) Kami tiba right on time, waktu opening title nya baru muncul di layar. Segera setelah aku duduk di seat urutan ketiga, jiwaku pun langsung tenggelam di keajaiban film Goosebumps. Aku benar-benar terbawa dengan ceritanya, terpukau dengan visualisasinya dan nggak terhitung berapa kali mataku berkaca-kaca karena haru. It was a perfect day, ---bahkan super perfect seandainya laki-laki di sebelahku (---bukan Ray) nggak berisik dan jorok. Ia makan dengan mulut terbuka dan lidah mengecap lalu menjilatinya dengan berisik. Herannya pacarnya mau-mau saja dikiss tangannya sambil dipeluk-peluk. Eww, gross! Pemandangan seperti itu kasih aku goosebumps yang sesungguhnya, hahaha :’’’D

Bersama poster Goosebumps. Mata berkaca-kaca karena ini diambil setelah film selesai :p

Goosebumps the movie ini menceritakan tentang Zach, remaja yang baru saja pindah ke lingkungan baru yang membosankan bersama ibunya. Di sana ia berkenalan dengan Hannah, seorang remaja perempuan yang tinggal di sebelah rumahnya. Hannah menyenangkan, humoris dan juga cerdas, tapi Zach merasa ayah Hannah bukan ayah yang baik karena di malam hari ia mendengar suara mereka sedang berargumen. Lalu suatu hari Zach dan Champ, teman barunya di sekolah (he’s my favorite) memutuskan untuk menyelinap ke rumah Hannah dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum mendapatkan jawabannya mereka menemukan rak buku yang berisi naskah-naskah cerita Goosebumps! Karena penasaran mereka membuka salah satu bukunya, ---yang anehnya sengaja digembok, dan... BOOM! Monster pun keluar dari sana! Ternyata ayah Hannah adalah seorang penulis horror yang sangat Champ kagumi; R. L Stine!! :O

Aku nggak mau spoiler soal cerita lanjutnya karena akan lebih seru jika ditonton sendiri, tapi aku akan berbagi hal-hal menarik dari film ini dari sudut pandangku yang seorang penggemar berat Goosebumps, ---bukan kritikus film, hihihi. Film ini mewujudkan impian para die hard fans nya Goosebumps, baik buku ataupun serial TV. Kenapa? Karena Slappy menjadi “monster” utamanya! Sebelum muncul di film ini, aku sudah mengenal Slappy sebagai tokoh dari cerita “Night of the Living Dummy”, sebuah boneka yang bisa hidup ketika dibacakan kartu mantra yang terselip di saku jasnya. Yup, mirip seperti Chucky, hanya saja lebih seram dan aku percaya setelah Child's Play yang original banyak sekuelnya yang terinspirasi dari cerita Slappy, termasuk yang terbaru, “Chucky the Return”. Di sini Slappy seolah menjadi ketua gang yang merencanakan pembalasan dendam dari para monster. Pssst, kita bakal tahu gimana perasaannya selama ia menjadi ‘anaknya’ R. L Stine, lho. Untuk yang terbiasa menonton serial TV nya mungkin penampilan Slappy di sini terasa agak berbeda. Wajahnya lebih halus dan rambutnya gelap, bukan orange menyala yang membuat senyum sinisnya semakin menyeramkan. Awalnya aku juga heran, tapi setelah diingat-ingat di sampul buku “Night of the Living Dummy” pun sebenarnya Slappy digambarkan seperti itu, kok :) Dan untuk versi film tentu saja disesuaikan dengan Jack Black pengisi suaranya, yang surprisingly bagus meskipun style nya berbeda dengan Ron Stefaniuk, dubber versi TV :)

Di trailernya aku melihat banyak CGI untuk menciptakan efek monster. Not a bad thing, hanya saja di serial TV aku nggak banyak menemukan ini. Tapi ternyata aku salah karena menilai keseluruhan film hanya dari trailer. CGI ternyata hanya berlaku untuk monster-monster besar seperti Warewolf dan Snowman, sementara Jack si kepala labu, kadal dari “Calling All Creeps”, zombie dan teman-temannya masih menggunakan efek make up sama seperti di serial TV nya! Ah, what a memory. Banyak hal di film ini yang membawa the good old memory of Goosebumps series. Lelucon-lelucon yang diselipkan di adegan-adegan seram, camera work yang nggak terlalu too much dan style pemerannya yang sederhana. Suka sekali dengan style pemeran Hannah yang mirip dengan penampilannya di serial TV (ups, maaf nggak bermaksud spoiler, hehehe). Dengan kata lain, film ini cukup faithful dengan buku dan serialnya, dengan moderinisasi yang nggak membuat ciri khasnya hilang. Meski kalau boleh ada 1 yang ditambahkan, aku ingin film ini juga memiliki intro lama Goosebumps. Itu lho, yang ada seekor anjing duduk di beranda dengan mata menyala dan barking dengan nada soundtrack’nya, “woof woof woof woof woof,” hahaha :D

Tiap lihat intro Goosebumps aku selalu ingat Eris. Mereka mirip, apalagi kalau lagi cemberut. Setuju? :p

Awalnya aku dan Ray agak meragukan penampilan Jack Black sebagai R. L Stine. Meski aku nggak mengenal R. L Stine secara personal, tapi aku sering melihatnya di opening dan closing serial TV nya, jadi sedikit banyak tahu gesture tubuh dan cara bicaranya. Jack Black aktor yang baik (aku menyukainya dari film “School of Rock” dan “Envy”), tapi ia lebih sering berperan di film-film komedi, terutama belakangan. Surprise, surprise... actingnya membuat kami terkesan. Ia punya tatapan dingin yang bikin merinding tapi juga bisa melontarkan lelucon yang membuat tertawa. Penampilannya sebagai dubber Slappy dan Invisible Boy juga patut diacungi jempol. Aku merasa ia punya banyak potensi, sepertinya bisa jadi the next Robin Williams :D Pemeran Zach tentu saja lebih “terformula” alias jadi tipikal pemeran utama yang good looking dan lucky dalam berbagai situasi. Tapi justru itu yang aku suka karena “sangat Goosebumps”, hehehe. Sedangkan Hannah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, she’s beautiful dan karakternya kuat. Nggak tahu kenapa, mungkin karena terlalu banyak membaca Goosebumps aku jadi punya “weird hint” dengan perannya di sana, ---yang ternyata benar. Lagi-lagi aku nggak mau spoiler tapi aku akan beri clue’nya; Hannah adalah Hannah yang sama dengan yang ada di salah satu judul Goosebumps! (tissue, mana tissue? Hiks). Tapi tokoh favoritku justru Champ, teman Zach yang super kocak. Melihat wajahnya rasanya familiar tapi sampai filmnya selesai aku tetap nggak ingat pernah melihatnya dimana. Ketika di rumah gue baru sadar bahwa ia adalah Ryan Lee, aktor yang waktu kecil pernah bermain di serial The Haunting Hour episode “My Imaginary Friend”! Oh, my God... bagaimana aku bisa lupa, padahal itu salah satu episode terbaik! Well, mungkin karena waktu kecil ia lebih chubby dan rambutnya agak panjang, ya :) Btw, berdasarkan halaman IMDB nya, ini adalah film layar lebar perdananya. Aku harap ia akan berperan di lebih banyak film lagi karena actingnya bagus. Di The Haunting Hour ia berhasil membuatku menangis, sedangkan di Goosebumps ia begitu menghibur. Hebat, kan? ;)

Bukan Goosebumps namanya (---atau bukan R. L Stine? Lol) kalau ceritanya nggak punya twist ending. Begitu juga dengan  film ini. Meski aku menonton serialnya ribuan kali, ---literally---, tapi aku masih surprise, apalagi puncak dari film ini ada 2 kali. Mau tahu apa? Nonton sendiri, ya, hihihi. Dan aku suka karena di film ini juga diselipkan “inside joke” yang hanya akan dimengerti oleh penggemar Goosebumps. Misalnya saja dengan menyebut nama Mr. Shivers yang sebenarnya versi rip off dari buku Goosebumps. Well, aku belum pernah membacanya karena bukunya nggak beredar di sini (bahkan katanya hanya dijual di tempat semacam dollar store atau dollar tree, hihihi). Tapi menyebut Shivers di film Goosebumps jadi terdengar seperti menyebut Ganteng-Ganteng Srigala di film Twilight, hahaha :D Para orangtua yang mengantar anaknya menonton film ini juga dijamin nggak bosan, karena ada lelucon yang mungkin nggak akan dimengerti oleh anak-anak, ---tentang seorang penulis horror senior yang karyanya sering dibuat film layar lebar. Well, aku nggak mau spoiler (again and again), tapi mungkin “The Shining” akan mengingatkan pada sesuatu? ;) 

Aku beri film ini nilai 9 dari 10. Ceritanya sempurna, benar-benar dreams come true. Tapi ya itu dia... aku rindu dengan intro Goosebumps yang klasik (OMG, anjingnya mirip seperti Eris! Hahaha). Oh, iya untuk yang bukan penggemar Goosebumps pun nggak akan kebingungan kalau menonton film ini. Memang mungkin akan bingung dengan inside jokesnya, tapi ceritanya ringan dan menghibur. Cocok untuk ditonton seluruh keluarga, bahkan anak-anak sekalipun. Karena versi yang ini sengaja dibuat nggak terlalu seram. Dulu, waktu serialnya diputar di TV saking seramnya menurut polling penggemarnya malah orang dewasa usia 20-30 tahunan. Padahal target serialnya untuk anak di atas usia 7 tahun, lho! Hihihi, Pak R. L Stine memang terlalu pintar menakut-nakuti, ya :p Jadi kalau teman-teman sedang mencari film bertema Halloween, Goosebumps bisa jadi pilihan yang seru. Jarang-jarang kan ada film horror yang aman untuk mengajak sepupu atau keponakan kecil kita ikut nonton? Hihihi.

Di perjalanan pulang aku nggak bisa berhenti membicarakan film yang baru saja ditonton itu. Meski Ray bukan fans berat Goosebumps (ia hanya membaca buku-bukunya saja), tapi ia juga setuju kalau filmnya sangat bagus. Menurut Ray ada 3 hal yang bisa menggambarkan film ini, yaitu; Lucu, twisted dan banyak unexpected thing happen. Yup, aku juga setuju ;) Sepertinya film ini akan membuatku excited sepanjang bulan Oktober. Sekarang saja aku sudah nggak sabar menunggu DVD nya rilis, padahal baru saja 10 hari yang lalu aku menontonnya :D Halloween baru akan dimulai, tapi aku sudah bisa bilang bahwa ini adalah best Halloween ever! Apa? Setiap tahun aku bilang begitu? Well, memang, sih :p Okay, sebaiknya aku sudahi dulu tulisan ini, jangan sampai aku malah nggak tahan untuk spoiler karena over excited, hihihi. Sekarang aku mau menikmati Halloween morningku dengan marathon serial Goosebumps dan menikmati gummy worms hadiah dari Ray. Celebrating or not, aku harap bulan Oktober kalian menyenangkan. Dan happy Halloween, however. Don’t take it too serious, karena ini Halloween ala aku! Boo! :D



treat OR treat,

Indi


__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 17 Oktober 2015

Scoliosis? Jangan Sampai Diabaikan! ;)

Teman-teman, sudah tahu belum scoliosis itu apa? Nah, hari ini aku akan mengenalkan kalian dengan sesuatu yang sudah menemaniku selama bertahun-tahun. Yup, aku sudah bersama scoliosis sejak berusia 13 tahun :) Scoliosis adalah kondisi kesehatan tulang belakang yang memiliki kelainan 3 dimensi dengan struktur yang nggak simetris. Meskipun 3 dimensinya rumit, tapi ketika dirontgen kelainan tulang belakang yang berbentuk S atau C ini akan terlihat lurus, lho!

Ada 3 etiologi scoliosis (penyebab), yang pertama adalah idopatik, atau nggak diketahui penyebabnya. Ini terjadi sebanyak 80-85% dari kasus scoliosis yang ditemukan, termasuk scoliosis yang aku idap. Yang kedua adalah kongenital, atau kelainan dalam pertumbuhan. Dan yang ketiga adalah neoromuskeletal, atau kondisi syaraf dan otot yang bisa menyebabkan scoliosis. Secara umum ada 2 jenis pengobatan untuk scoliosis, yaitu bedah dan intervensi non bedah, juga perawatan non bedah seperti latihan, rehabilitasi dan beberapa teknik konservatif lainnya.

Tapi tahukah kalian, sejak tahun 2007 (sesuai J. Paed Ortho) SpineCor ditemukan sebagai pengobatan non bedah yang paling efektif untuk scoliosis! :D Cara kerja soft brace (penyangga) yaitu dengan "mengajarkan" tubuh kita untuk kembali ke biomekanik normal. Keren, kan? ;) 
Mungkin kalian bertanya-tanya, karena baru ada 8 tahun kira-kira banyak nggak sih yang sudah memakai SpineCor? Jawabannya, tentu saja! Selain aku yang sudah memakainya selama 11 bulan belakangan, di bawah ini aku share foto-foto before dan after pengidap scoliosis yang juga menggunakan SpineCor.

Hasil rontgen pasien berusia 21 tahun setelah memakai SpineCor :)

Hasil rontgen pasien besusia 14 tahun setelah memakai SpineCor :)

Meskipun sama-sama melengkung, setiap jenis scoliosis itu unik lho, teman-teman. Tindakan yang diambil pun tentu harus berbeda-beda. Hasil riset membuktukan bahwa SpineCor terbukti efektif 89% untuk menstabilisasi dan memperbaiki scoliosis. Dan hasil riset terhadap 400 pengidap scoliosis selama 10 tahun, SpineCor ternyata hasilnya konsisten! Cool! Aku makin semangat deh untuk memakai brace yang super keren ini ;)

Di balik dress merah ini aku memakai SpineCor, lho. Nggak terlihat, kan? ;)

Adakah di antara teman-teman yang mengidap scoliosis? Jika kalian sudah mencoba bermacam-macam terapi dan pengobatan tapi hasilnya kurang berkenan (---well, seperti aku dulu), SpineCor ini sangat pantas untuk dicoba. Aku dan banyak scolioser lain sudah banyak terbantu, dan aku harap semakin banyak yang merasakan "keajaiban" SpineCor, hihihi. Kalau ingin tahu lebih banyak tentang SpineCor, kalian bisa membuka situs Spine Body Center di www.spinebodycenter.com. Alamatnya di APL Tower, Lt. 25 Jakarta, atau hubungi langsung ke 021 29339295. Dr. Anthony Fong konsultan mereka, pasti dengan senang hati membantu kalian.

Saranku, jika merasa ada yang "salah" dengan tulang belakang kalian, segera periksakan ya. Karena mencegah itu tentu lebih baik daripada mengobati. Tapi jika sudah terlanjur terkena scoliosis, don't be sad... yuk kita lawan sama-sama dengan SpineCor! ;)

cheers,

Indi

__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 03 Oktober 2015

Support Indi Sugar di Gogirl! Passion Pitch 2015 :)


Teman-teman! Aku mengikuti "Gogirl! Passion Pitch 2015", nih. Ini adalah bagian dari rangkaian acara tahunannya Gogirl!, Gogirl! Expo. Kalau kamu perempuan, ---atau punya adik perempuan kemungkinan besar tahu dengan majalah yang super stylish dan inspiring ini. Di ajang ini Gogirl! bakal mewujudkan passion pembacanya dengan memberi mentor untuk membimbing sesuai dengan bidang yang dipilih. Passionku sendiri, (---sudah tahu, dong, hihihi) adalah di bidang menulis. Sejak kecil aku terbiasa menulis di buku harian setiap hari. Awalnya aku nggak tahu bahwa itu adalah yang dinamakan passion sampai akhirnya aku kecanduan! Satu hari saja nggak menulis rasanya ada yang kurang. Kebiasaan itu terbawa sampai dewasa dan sampai aku berhasil menerbitkan 4 buah buku best seller yang salah satunya menjadi film layar lebar. Dari menulis juga aku mendapatkan beberapa penghargaan, termasuk menjadi salah satu finalis di Kartini Next Generation Award 2015 dari Kominfo :)

Mungkin teman-teman bertanya-tanya, kenapa dengan pencapaian yang sudah diraih aku masih ingin ikutan Gogirl! Passion Pitch, ya? Alasannya karena selama ini aku hanya menulis mengandalkan feeling dan pengalaman, sama sekali belum pernah belajar secara formal. Jadi betapa menyenangkannya jika aku mempunyai tutor untuk menggali passionku sekaligus menambah pengalaman. 

Aku berharap Gogirl! memilihku sebagai salah satu finalis dari kontes ini, dan I'm gonna show my best jika diberi kesempatan :) Nah, teman-teman juga bisa membantu agar juri mempertimbangkanku untuk terpilih, lho. Caranya dengan menonton video profileku di sini, like dan tinggalkan komentar postiif. Satu buah feedback postitif dari kalian berarti sekali untukku karena itu dihitung sebagai bentuk dukungan.
Jadi please, please, please, support aku di Gogirl! Passion Pitch 2015 dan doakan agar aku berhasil, ya! :)

like dan tinggalkan komentar di video ini

cheers,

Indi

___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469