Minggu, 27 April 2014

Hadiah-Hadiah untuk Eris :)

What I wore? Sweater: GoGirl | Dress: (lupa, lol) | Shoes: FLD 
Eris dan dress barunya yang secara nggak sengaja kompak dengan gue :)

Jumat tanggal 25 April lalu, ketika baru pulang kerja, gue dapat kabar dari Ibu dan Bapak bahwa Eris, anjing golden retriever kami kedatangan seorang tamu yang istimewa. Pemilik lamanya, jauh-jauh dari Jakarta sengaja datang ke Bandung untuk menemuinya. Ah, sayang sekali gue nggak sempat bertemu dengannya :( Padahal gue dan ibu yang baik hati itu cukup sering berkomunikasi via BBM. Ibu langsung bercerita dengan semangat tentang bagaimana proses Eris mengenali pemilik lamanya itu. Setelah 4 tahun, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu kembali. Katanya, Eris awalnya kebingungan. Tatapannya seperti sedang berpikir dan menjaga jarak. Namun setelah disodori tangan dan mengendus baunya, ternyata Eris masih mengenali pemilik lamanya! Menurut cerita Ibu, ekspresi wajah Eris terlihat senang dan membuat gerakan seperti ingin memeluk. Pemilik lamanya sampai mengeluarkan air mata karena terharu... Ah, gue benar-benar berharap ada di sana :')



Kisah bagaimana Eris bisa menjadi bagian dari keluarga kami memang ajaib. Jadi 4 bulan setelah kepergian Veggie, anjing golden retriever keluarga gue karena epilepsi, seorang ibu menawarkan anak anjing golden retrievernya untuk diadopsi. Gue sangat terkejut karena hati gue rasanya belum bisa menerima jika ada yang 'menggantikan' Veggie. Terlebih, biaya pengobatan Veggie sebelum pergi membuat tabungan gue hampir habis, sama sekali nggak terpikir untuk membeli anjing lain. Tapi lalu katanya Eris akan diberikan pada gue secara cuma-cuma karena ibu itu yakin gue akan sangat menyayanginya. Nggak menunggu lama, gue dan Ibu menjemput Eris ke Jakarta. Waktu itu kami disambut oleh 3 ekor anjing golden retriever, tetapi hanya 1 ekor yang langsung menghampiri gue dan memberikan jilatan sayang. Anjing itu bernama Eris :)



Katanya, gue dan Eris itu berjodoh untuk menjadi sahabat. Dan benar saja, tanpa sedikitpun melupakan Veggie, Eris membuat hati gue kembali terasa hangat. Hari-hari gue menjadi lebih gembira dan bersemangat. Sejak hari pertama kami bertemu disaat usianya 9 bulan, sampai sekarang ketika usianya hampir 5 tahun, rasa sayang gue semakin bertumbuh dan ikatan persahabatan kami semakin kuat. 
Ibu bercerita, pemilik lama Eris bersyukur sekali karena gue merawat Eris dengan baik. "She's a lucky dog", begitu katanya. Padahal andaikan ia tahu, gue lah yang beruntung. Gue nggak tahu dimana gue sekarang seandainya saja nggak pernah bertemu Eris. Eris lah yang menemukan tumor di payudara gue sebelum semuanya terlambat. She's my bestfriend. My hero!



Masih menurut Ibu, pemilik lama Eris menitipkan sesuatu. Sebuah bungkusan plastik yang dilipat dua. Waktu gue bertanya apa isinya, Ibu berkata, "lihat saja sendiri". Ternyata isinya sebuah dress cantik untuk Eris! Warnanya abu-abu dan hitam, di bagian belakangnya tertulis "ERIS". Terharu sekali rasanya mengetahui dress ini khusus dipesan untuk Eris :') Langsung saja gue pakaikan pada Eris. Seperti biasa, Eris selalu senang jika dipakaikan baju atau aksesoris. Kaki depannya menggapai-gapai berusaha masuk ke lubang lengan, lalu berputar-putar dengan bangga. Melihat anjing lucu itu bahagia membuat perasaan bahagia gue menjadi berlipat-lipat :) Lucunya gue baru sadar bahwa sedang memakai baju yang warnanya senada dengan Eris. Hihi, she's my soulmate! ;)


Lalu Ibu teringat sesuatu, katanya Bapak menerima sebuah paket yang ditujukan untuk gue. Merasa nggak sedang menunggu kiriman apapun, gue jadi penasaran dan langsung mengambil paket yang dimaksud. Ternyata itu bukan untuk gue, tapi Eris! Isinya 2 buah kaleng dogfood yang berada di dalam tas tangan berwarna merah dari Alpo-Purina Indonesia. Ya, ampun Eris dapat banyak rezeki. Dengan perasaan excited gue tunjukan paket tersebut pada Eris. Ia mengendusnya sekilas lalu kembali berlari di halaman. Rupanya ia nggak bisa mencium aroma daging dari balik kaleng :D 

Terima kasih ya Alpo-Purina. Eris menikmati makan malamnya! :)

Meski Eris nggak bisa bicara (well, maksudnya dalam bahasa manusia, lol) tapi gue bisa melihat dengan jelas bahwa ia sangat bahagia. Ia nggak mau melepas dress barunya sampai sore dan sangat menikmati makan malam dengan dogfood barunya. Tuhan memang sudah pasti menyayangi makhlukNya, termasuk hewan. Manusia dan hewan memiliki rezeki masing-masing. Semuanya punya berkah, punya cara untuk bahagia. Gue sudah mempercayainya dari dulu, tapi Eris membantu gue lebih memahaminya.
Ah, selamat menikmati hadiah-hadiahmu, Eris. Terima kasih sudah hadir di kehidupan gue :)

blessed girl,

Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 20 April 2014

The Big Chop! I Donated my Hair :)



Tadi siang Ibu mengantarku ke salon. Setelah 6 bulan waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Aku akan memotong rambut yang telah kupanjangkan sampai melewati bahu jadi sebatas telinga!

Aku masih ingat beberapa bulan lalu ketika mengutarakan niatku pada Ibu. Setelah bertahun-tahun betah dengan potongan rambut pendek, aku akhirnya berkeinginan memanjangkan rambut. Tentu saja Ibu senang mendengarnya. Lalu aku menceritakan tentang niat untuk mendonasikan rambut. Aku bilang bahwa aku akan memanjangkan rambut sampai melewati bahu, tapi setelah itu akan dipotong pendek sekali untuk didonasikan pada yang membutuhkan rambut palsu. Waktu itu Ibu terkejut dan berkali-kali bertanya apakah aku yakin. Aku bilang, “Iya”, karena aku sudah memikirkannya matang-matang. Meskipun suara Ibu terdengar menyayangkan tapi beliau berkata akan mendukungku 100%.

Niat ini muncul secara nggak sengaja. Seorang teman berkata bahwa rambutku sangat tebal dan cepat sekali panjang. Katanya, sementara banyak perempuan lain yang ingin rambutnya cepat panjang, aku malah memotongnya beberapa kali setiap bulan demi mendapatkan panjang rambut yang selalu “sebegitu”. Waktu itu aku bilang bahwa rambutku yang tebal sulit sekali diatur dan butuh waktu lama untuk mengeringkannya. Itulah kenapa aku lebih menyukai potongan rambut pendek. Sama sekali nggak terpikir bahwa di luar sana mungkin ada yang akan sangat bersyukur untuk memiliki rambut seperti ini daripada aku yang menyia-nyiakannya untuk disapu di lantai salon. 

Percakapan itu membuatku mulai berpikir untuk melakukan sesuatu dengan rambutku.  Aku mencari cara agar rambutku bisa digunakan untuk sesuatu yang berguna. Dan aku pun menemukannya: Mendonasikan rambut pada yang membutuhkan rambut palsu!
Dengan bantuan internet aku mencari organisasi-organisasi yang menerima sumbangan rambut. Mempelajari bagaimana prosesnya dan memastikan agar rambutku memenuhi syarat. Syukurlah aku nggak pernah merokok, hidup sehat dan rambutku nggak pernah tersentuh bleach. Dengan “modal” itu kupikir akan mempermudah dalam proses pemanjangan rambut, hehehe.

Tapi rupanya nggak semudah itu. Godaan untuk memotong rambut kadang-kadang datang. Setelah bertahun-tahun mempunyai rambut yang hanya melebihi sedikit dari batas telinga, mempunyai rambut yang mulai menyentuh leher bukan perkara mudah. Rasanya geli karena menusuk-nusuk kulit dan yang pasti ritual mengeringkan rambut pun menjadi semakin lama. Bukan itu saja, memiliki seorang adik laki-laki juga menjadi tantangan berat. Semakin panjang rambutku, semakin dijadikan bahan candaanlah aku. Katanya dengan rambut panjang aku malah terlihat maskulin dan mirip dengan Anthony Kiedis, vokalis Red Hot Chilli Peppers. Perlu diketahui bahwa Anthony Kiedis itu laki-laki, huhuhu. Syukurlah nggak sedikit juga yang mendukungku. Ada Bapak juga Ibu yang semakin lama semakin menerima keputusanku. Juga Ray dan teman-teman yang sepertinya nggak peduli dengan seberapa maskulin pun penampilanku ;)



Sampai tiba lah hari ini. My big day. Aku pergi ke salon dengan diantar Ibu. Aku menjelaskan kepada Ryan, stylish favorit keluarga kami tentang bagaimana cara yang diinginkan untuk memotong rambutku. Aku dan Ibu sengaja nggak memberi tahu tentang tujuan pemotongan rambut ini. Sure, this is a good news. Tapi kami nggak mau jika pengunjung lain mendengar dan mengira kami “memamerkan niat baik” :) 
Setelah rambut dicuci dan dikeringkan aku mengikatnya menjadi dua bagian. Well, biasanya sih hanya satu, tapi karena rambutku tebal, akan menyulitkan Ryan jika memotongnya sekaligus, hehehe. Setelah diukur menggunakan penggaris sesuai dengan panjang yang diinginkan, aku meminta Ryan untuk memotongnya tepat di atas karet pengikat agar rambut tetap dalam satu ikatan setelah dipotong.  Wah, ternyata meski sudah dibagi dua Ryan tetap kesulitan memotongnya. Sambil bergurau ia bilang bahwa rambutku membuat guntingnya bengkok, hehehe. Syukurlah dalam waktu 3 menit rambutku sudah masuk ke dalam kantong ziplock dan siap untuk dikirimkan kepada Locks of Love, sebuah organisasi yang membuat wig untuk anak-anak yang kehilangan rambut karena sakit atau pun kecelakaan.

Ibu nggak melewatkan moment ini begitu saja. Ia mengambil beberapa fotoku dan merekamnya dengan wajah gembira. Katanya beliau bangga dengan yang aku lakukan. Padahal tadinya aku khawatir sekali Ibu akan kaget melihat rambut putrinya dipotong sampai sangat pendek di depan matanya. Tapi ternyata Ibu malah memuji bahwa aku kelihatan cantik dan akan mendukung jika aku akan mendonasikan rambut kembali akhir tahun ini. Ah, jadi terharu :’)

Video:

Ada yang mengira aku melakukan ini karena aku pernah terkena tumor payudara. Tapi bukan itu alasannya. Sebagai anak perempuan yang telah bersama scoliosis selama 15 tahun kadang aku membutuhkan jaket. Bukan untuk menutupi back brace (penyangga) apalagi karena malu. Tapi terkadang aku ingin dinilai bukan dari seperti apa aku terlihat. Aku percaya itu adalah hal yang sama jika seseorang kehilangan rambut karena sakit atau kecelakaan. Terkadang mereka membutuhkan wig. Tapi sama seperti scoliosis: with or without a jacket or a wig, we can always be proud of our self! :)





Bapak menjemputku dan Ibu dari salon. Beliau sedikit terkejut tapi segera memuji dan berkata tentang betapa bangganya beliau. Di perjalanan pulang Ibu dan Bapak ternyata memberiku kejutan. Mereka mengajakku makan di restoran, katanya anggap saja sebagai hadiah untukku :) Di tengah-tengah rasa bahagia tiba-tiba aku teringat dengan bagaimana reaksi om dan tante nanti jika melihat rambut baruku. Tapi Bapak menenangkan, beliau berkata,
“Nggak apa-apa, kan cuma rambut. Nanti juga tumbuh lagi”.
Bapak berhenti sejenak lalu melanjutkan,
“Kalau ada yang marah bilang saja:  Gak semua orang bisa punya rambut. Kalau masih bisa tumbuh, jangan pelit!”.

Aku tertawa kencang. Perkataan Bapak lucu tapi aku tahu beliau bersungguh-sungguh. Dan seketika aku 100 kali lipat semakin mantap dengan dengan keputusan ini ;)







anaknya bapak dan ibu,

Indi

Donasikan rambutmu di sini:
- Locks of Love
- Little Princess Trust
- Shave for Hope (event Indonesia! Aku akan ikutan akhir tahun ini. Ayo siapa yang mau menemani?)
- Pantene Beautiful Lengths


 __________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469


Minggu, 06 April 2014

Stop Kepo-ing and Start Caring! :)

Howdy do my friends! Yay, hari minggu terima kasih sudah datang kembali! Hehehe :D So, how's your week, guys? Semoga semuanya berjalan lancar dan menyenangkan, ya. Gue sendiri banyak mendapat hal-hal baru selama 1 minggu ini, mulai dari mengunjungi seorang teman baru yang sedang membuat film (OMG, can't wait!) dan diangkat jadi lead teacher meskipun masih ragu-ragu. Doakan saja semua lancar ya :D



Oh iya tanggal 3 April kemarin film Mika (yang diinspirasi dari kisah nyata gue, berdasarkan novel Waktu Aku sama Mika) ditayangkan di SCTV, lho. Wah, senang sekali rasanya karena meskipun sudah menonton puluhan kali (iya, setiap acara "nobar" gue pasti nonton lagi, hehehe) tapi gue tahu bahwa ada beberapa wilayah di Indonesia yang bioskopnya nggak kebagian film ini. Jadi malam itu film Mika diputar serentak di seluruh Indonesia! Awesome :) Gue, Ibu dan Bapak sampai rela begadang, lho padahal kami harus bangun pagi-pagi sekali :)

Hati gue semakin senang waktu membaca pesan-pesan yang masuk ke social media gue. Banyak yang pernah menonton film Mika di bioskop merasa senang bisa menonton kembali, juga yang belum pernah merasa lega karena akhirnya penantian selama 1 tahunnya terbayar. Banyak juga yang merasa mendapat teman karena merasa mirip dengan kisah gue dan Mika. Gue yang scoliosis dan Mika yang mengidap AIDS menjalani masa pacaran dengan menyenangkan meski ada juga "masa-masa sulit". Rupanya banyak juga diantara penonton yang mengalami hal yang sama, malah mempunyai 'keistimewaan' yang sama seperti gue dan Mika :)

Saking senangnya gue membalas pesan-pesan yang masuk sampai jam 2 pagi, lho! Hehehe :) Entah kenapa meski sudah 1 tahun semenjak premiere tapi malam itu terasa seperti pemutaran perdana kembali. Malah ada kejutan kecil yang menyenangkan, gue mendapat kabar dari Vino Bastian bahwa "Watching Mika" menjadi trending topic. Thank God :) Malam itu tentunya bukan cuma gue saja yang sibuk membalas pesan, tapi juga Vino yang memerankan Mika, Velove Vexia yang memerankan gue dan Mbak Lasja yang menjadi sutradara di film Mika. Wah, timeline gue di twitter sampai penuh dengan twit-twit dari mereka :) Tapi sayangnya diantara pesan-pesan yang menyenangkan dan membuat gue tersenyum itu ada juga pesan-pesan yang membuat hati gue sakit meskipun sudah mencoba untuk 'pura-pura nggak terbaca': Masuknya pesan-pesan kepo!

"Watching Mika" jadi trending topic di twitter :)

Kepo: Knowing Every Particular Object atau dalam bahasa Hokkian Kay poh yang berarti suka mencampuri urusan orang lain tentu saja berbeda dengan care atau peduli. Jika care berarti kita benar-benar ingin tahu keadaan seseorang and do something about it, kepo hanya sekedar ingin tahu dan tujuannya untuk memenuhi rasa penasaran. Setelah terjawab maka sudah.  
Sebenarnya hal ini sudah gue alami sejak lama, sejak novel Waktu Aku sama Mika di rilis tahun 2009 lalu. Tapi gue selalu mencoba membalas dengan baik-baik, atau jika sedang dalam mood mellow, gue lebih baik pura-pura nggak membaca pesan itu. Well, ya meski sebenarnya pura-pura nggak membuat perasaan gue lebih baik, sih. Tapi menurut gue itu lebih baik daripada menjawab dengan mood yang jelek dan gue malah menyakiti hati si penanya.

What I wore? Dress: Toko Kecil Indi/my design/DIY | Headband and moccasin: Parta-Porte 

Mungkin bagi si kepo'ers pertanyaannya hanya sekedar pertanyaan dan mungkin lupa bahwa gue juga punya perasaan. Padahal dengan munculnya gue dan Mika di film bukan berarti kisah kami jadi berubah fiksi. Atau kami jadi tokoh rekaan yang jalan ceritanya bisa dirubah-rubah dan kritik oleh yang pembaca/penonton. Kami tetap ada, meskipun Mika sudah di surga tapi ia juga memiliki keluarga yang (of course) sangat menyayanginya.
Pertanyaan yang paling sering gue terima adalah, "Kenapa Mika bisa kena AIDS?". Gue mengerti penasaran itu manusiawi. Tapi jika gue sudah menjawabnya dan yang bertanya belum puas dengan jawaban gue, apakah itu wajar? Padahal sudah jelas sekali bahwa hal yang ditanyakan sangat pribadi dan gue sebenarnya punya hak untuk menolak menjawab. Bagi sebagian orang mungkin itu pertanyaan sederhana, tapi buat gue membacanya saja sudah cukup untuk membuat mata berkaca-kaca...


Lucunya, saat gue menolak menjawab ada saja yang merasa berhak untuk mendapatkan jawaban. Sampai-sampai malah marah-marah dan yang paling mengerikan mengulang pertanyaan yang sama sampai mengirim puluhan pesan (baru saja terjadi lagi di Facebook, huhu...)
Gue heran kenapa orang bisa sampai "segitunya" kepo. Penasaran itu wajar, tapi apakah semua penasaran harus diutarakan? Segitu pentingnya keharusan untuk mendapat jawaban demi kepuasan diri sendiri sampai-sampai nggak menghiraukan perasaan orang yang ditanya? :) Pertanyaan lain yang sering diajukan juga adalah tentang bagaimana wajah Mika yang sebenarnya. Gue sering dimintai untuk mengirimkan foto, yang mana menurut gue itu cukup creepy :S Soalnya seseorang yang nggak gue kenal (literally, tanpa ada perkenalan etc langsung, to the point) meminta foto seseorang yang dekat dengan gue. Sekali lagi seperti yang gue bilang sebelumnya, dengan dijadikan novel dan film bukan berarti gue dan Mika menjadi fiksi. Jadi coba bayangkan situasinya terjadi pada diri sendiri: Ada seseorang nggak dikenal tiba-tiba minta foto pacar kalian. Seram kan? :/

Gue nggak mencoba misterius atau apalah istilahnya. Gue cukup terbuka, kok. Buktinya gue punya blog ini dan beberapa akun di social media lain :) Tapi memang ada beberapa hal yang ingin gue simpan sendiri, apalagi jika itu berkaitan dengan Mika. Apa yang gue bagi melalui novel dan film, itulah yang gue ingin orang ketahui. Dan gue rasa itu sudah banyak, semua hal "penting" sudah tersampaikan. Gue ingin semangatnya Mika yang dikenang, perjuangannya, kisah hidupnya. Soal wajah dan bagaimana ia bisa terkena AIDS sama sekali nggak penting, juga seharusnya nggak mempengaruhi cara orang-orang menilai Mika, kan? :)

Tapi selain pertanyaan-pertanyaan kepo yang membuat gue sedih, gue juga beruntung karena diberkahi dengan adanya teman-teman yang sangat pengertian dan stop bertanya ketika gue berkata "keberatan" :) Gue juga beruntung karena keluarga Mika mendukung gue untuk membagi kisah tentang Mika. Ketika gue membaca pesan-pesan kepo gue sering memikirkan keluarga Mika, terutama mamanya yang sangat menyayanginya. Bagaimana perasaannya? Gue yang hanya mengenal Mika selama 3 tahun nggak bisa dibandingkan dengan mamanya yang mengenal Mika selama 25 tahun. Gue harap sebelum bertanya sesuatu orang-orang mulai bertanya dulu pada dirinya sendiri: Bagaimana jika gue di posisinya? Apakah gue akan merasa sedih jika mendapatkan pertanyaan seperti itu? Apakah pertanyaan itu terlalu pribadi?
Sebelum kepo mulailah berandai-andai jika Mika itu abang, teman, adik, pacar atau bahkan putra kalian (yup, ada juga kok yang seusia orang tua gue kasih pertanyaan kepo nan menyakitkan).

Well, ya ini bukan hanya tentang Mika, apapun, menurut gue kepo itu nggak baik (iya KEPO, beda dengan CARE). Kenapa kita harus penasaran dengan sesuatu yang sama sekali bukan urusan kita? :) Dipedulikan saat ada sesuatu yang menimpa kita itu rasanya lebih nyaman kan daripada menerima pertanyaan, "kenapa, kenapa dan kenapa?" ;) So why don't we stop kepo-ing and and start caring?
Selamat menikmati hari minggu, teman-teman! :)




faith and trust and pixie dust,

Indi


Ps: Kenapa post ini bahas tentang kepo tapi gue pakai kostum native american, ya? Hehehe. Ini karena lagu "Colors of the Wind", soundtract dari film Pocahontas benar-benar menggambarkan apa yang gue rasakan belakangan :)

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469